Minggu, 24 April 2011

Balada Sebuah TV Tuner



Alkisah terdapat TV tuner yang nyambung ke monitor komputer untuk menonton Channel –Channel TV yang mengasyikkan dan menggairahkan di hari-harinya. Kenapa tidak, lihat saja banyak acara yang begitu menakjubkan. Dari berita khas yang memojokkan di pagi hari, ghibahtainment siangan dikit, pas terik matahari acara ulangan kejadian miris pagi, sore hari yang menuangkan acara penuh tangisan tipuan penuh kekerasan, malam selepas petang Sinetron murahan tanpa makna yang digemari ibu-ibu, dan terakhir, acara panas di malam hari yang menggerahkan bujang serta mojang. Itulah derita TV tuner yang sebenarnya, muak dengan kenyataan dirinya yang hina karena dipaksa melayani nafsu bejat pemiliknya.

Suatu hari, TV tuner yang sudah berhari-hari mengalami siksaan bathinnya terlihat mulai lesu. Gambar yang dihasilkannya ke monitor sudah mulai rabun dan pudar. Warna hitam-putih mulai ditampilkan ketika ia pertama kali disentuh tombol merah powernya. Kelihatannya, TV tuner sudah menampakkan gelagat tidak beres. Tapi ini baru awal dari penderitaannya yang panjang. Berselang beberapa hari kemudian karena ia terus dipaksa memenuhi hasrat pemiliknya . Ia akhirnya berwarna biru dan bergoyang-goyang gambarnya di awal warna yang ia berikan kepada si pemilik yang mau menonton.

Sebenarnya, dalam lubuk komponennya si TV Tuner berkata “mengapa pemilikku terus memaksaku yang sedang sakit ini”. “Apakah si pemilik tak mersakan sakitnya ketika aku dimanfaatkan terus menerus untuk menampilkan keburukan yang aku sendiri tidak mau” Lirih TV tuner

Hari demi hari telah berganti si TV turner semakin akut sakitnya dan saat ini sedang sekarat di atas meja Komputer. Si pemilik terlihat begitu khawatir dn panik setelah melihat kenyataan Si TV tuner sudah nyaris menghadapi sakaratul mautnya. Usaha untuk membuka dan memperbaiki komponen di dalamnyapun tidak memberikan dampak apa-apa, semua sia-sia. Antena baru tak menambah kondisi TV turner yang terus menurun. Akhirnya, tepat 2 hari setelah perbaikan manual si pemilik. Si TV tuner wafat dan kembali menjadi rongsokan.

Sekarang, hanya tersisa si pemilik yang sedih kehilangan TV tuner kesayangannya. Ia meratapi kepergiannya dengan dendam untuk membeli yang baru. Tapi apa daya kemampuan finansialnya tak cukup untuk membeli yang baru apalagi beli TV yang keluaran terbaru. Akhirnya, si pemilik saat ini hanya mampu bermain komputer tanpa mampu menonton TV lagi.

Terlepas kejadian tersebut, perlahan tapi pasti. Si pemilik akhirnya keranjingan menulis keluh kesahnya di komputer, setelah ia mengawalinya dengan curhat tentang kenangan indahnya bersama almarhum TV tuner. Dan akhirnya, si pemilik berubah menjadi orang baru yang mampu produktif untuk kehidupannya. Tiada lagi yang menyita perhatiannya dengan suatu berita, tiada lagi kisah provoktif yang ingin ia ceritakan kepada temannya yang lain sesama penikmat Chanel TV. Inilah yang membuatnya mengerti dan bersyukur tentang arti pengorbanan sang TV tuner Yaitu, semata-mata agar si pemilik lebih menempatkan dirinya kepada langkah pasti di kehidupannya bukan di dunia hayalan hasil pendidikan dan pembinaan StasiunTV. Ini bukanlah langkah semu yang dipaksakan dari kepemilikan sebuah TV tuner, Tapi ini langkah solutif untuk memilih kehidupanmu.

Di dedikasikan bagi para penikmat TV yang terlalu egois dan otoriter terhadap Hak Asasi TV (HAT)

1 komentar:

Gulunganpita mengatakan...

Ada pembelajaran yang dapat diambil ..
شكرا
folw back ya

  • Berkumpul aneka ragam warna-warni itu lebih banyak disukai dari pada tersendiri, dan itu menunjukan sinergitas, ..
  •